(Refleksi Hari Bumi 22 April 2012)
Kita tidak Mewarisi BUMI dari Nenek Moyang,namun Berhutang pada Anak Cucu
(Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup “Mangkubumi”)
“Bumi bukan hanya tempat kencing dan berak, atau bahkan hanya tempat pemuas nafsu serakah dan tamak. Namun Bumi adalah bapak darimana ibumu dilahirkan, dan teman yang akan merangkulmu dalam kesendirian.” Petikan Syair Gus Mus, tegas memberitahukan posisi bumi terhadap kita.
Semua bukan karena apa atau siapa namun karena kita. Maklhuk yang katanya paling sempurna dan tinggi derajatnya. Berjuta-juta tahun bumi telah berevolusi dan memberikan apapun yang ia miliki, hasilkan dan rawat kepada kita. Dan pernahkah kita memberikan sesuatu yang indah untuk bumi kita selain kerusakan dan kehancuran yang semakin lama semakin cepat.
Kerusakan sudah sedemikian parah, kehancuran sudah didepan mata. Tak perlu melihat daerah kita sendiri, Tulungagung. Tulungagung meronta kawan, lihatlah hutan yang menjadi paru-paru bumi semakin kritis, 65 % Hutan Rusak Parah, belum yang sedang dan ringan. Dan hanya hutan yang dilindungi tradisi dan dikeramatkan yang masih terjaga.
Kerusakan ini yang menyebabkan mata air kita juga mengering. Lebih dari 50% mata air Tulungagung menghilang dan hanya jadi cekungan tak berpenghuni di musim kemarau. Yang membuat ia tak mampu mengalir melalui sungai yang memberikan penghidupan pada daerah yang dilaluinya. Sungai-sungai juga tak seindah bayangan kita. Aneka ragam rupa dan warna mengapung diatasnya, bahkan tak lagi jernih. Berwarna legam dan suram, hingga tak kuasa kita meneguk air dari bengawan kita, bahkan harus membayar demi menjaga diri kita. Memang Apa Penyebabnya ???
Penebangan Hutan, tanpa Perencanaan? Pertambangan Ngawur? Penggunaan bahan-bahan Kimia? Pembuangan Limbah tanpa Pengolahan yang tepat? Sampah ? atau apa? Yang jelas itu semua ulah kita. Trus, Apa yang bisa kita perbuat???
PPLH Mangkubumi, bersama segenep element mengajak untuk mencintai bumi ini, bukan karena bumi, namun karena diri kita sendiri membutuhkan BUMI. Dan kami mengutuk kepada siapaun yang menggagahi bumi dengan dalih apapun tanpa mempertimbangkan aspek-aspek keadilan Lingkungan. Dan kami Menuntut !!!
1. Diri kami, dan masyarakat, untuk lebih sadar dan adil dalam pengelolaan dan Pemanfaatan Lingkungan Hidup.
2. Pengusaha, untuk lebih arif dan bijaksana dalam rangka mengeksploitasi apapun yang ada dibumi ini. dengan kaidah-kaidah yang telah diatur bukan hanya untuk keuntungan semata.
3. Pemangku Kebijakan, untuk mengatur, dan menerbitkan regulasi yang yang berlandaskan kepentingan BUMI, bukan pengusaha ataupun Pemerkosa Alam. Serta menyusun ANGGARAN yang PRO LINGKUNGAN.
4. Penegak Hukum, untuk menindak tegas penjahat-penjahat Lingkungan. Jangan main mata, apalagi menjadikan mereka ATM, dengan mengorbankan masa depan bumi kita.
Kita tidak Mewarisi BUMI dari Nenek Moyang,namun Berhutang pada Anak Cucu
(Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup “Mangkubumi”)
“Bumi bukan hanya tempat kencing dan berak, atau bahkan hanya tempat pemuas nafsu serakah dan tamak. Namun Bumi adalah bapak darimana ibumu dilahirkan, dan teman yang akan merangkulmu dalam kesendirian.” Petikan Syair Gus Mus, tegas memberitahukan posisi bumi terhadap kita.
Semua bukan karena apa atau siapa namun karena kita. Maklhuk yang katanya paling sempurna dan tinggi derajatnya. Berjuta-juta tahun bumi telah berevolusi dan memberikan apapun yang ia miliki, hasilkan dan rawat kepada kita. Dan pernahkah kita memberikan sesuatu yang indah untuk bumi kita selain kerusakan dan kehancuran yang semakin lama semakin cepat.
Kerusakan sudah sedemikian parah, kehancuran sudah didepan mata. Tak perlu melihat daerah kita sendiri, Tulungagung. Tulungagung meronta kawan, lihatlah hutan yang menjadi paru-paru bumi semakin kritis, 65 % Hutan Rusak Parah, belum yang sedang dan ringan. Dan hanya hutan yang dilindungi tradisi dan dikeramatkan yang masih terjaga.
Kerusakan ini yang menyebabkan mata air kita juga mengering. Lebih dari 50% mata air Tulungagung menghilang dan hanya jadi cekungan tak berpenghuni di musim kemarau. Yang membuat ia tak mampu mengalir melalui sungai yang memberikan penghidupan pada daerah yang dilaluinya. Sungai-sungai juga tak seindah bayangan kita. Aneka ragam rupa dan warna mengapung diatasnya, bahkan tak lagi jernih. Berwarna legam dan suram, hingga tak kuasa kita meneguk air dari bengawan kita, bahkan harus membayar demi menjaga diri kita. Memang Apa Penyebabnya ???
Penebangan Hutan, tanpa Perencanaan? Pertambangan Ngawur? Penggunaan bahan-bahan Kimia? Pembuangan Limbah tanpa Pengolahan yang tepat? Sampah ? atau apa? Yang jelas itu semua ulah kita. Trus, Apa yang bisa kita perbuat???
PPLH Mangkubumi, bersama segenep element mengajak untuk mencintai bumi ini, bukan karena bumi, namun karena diri kita sendiri membutuhkan BUMI. Dan kami mengutuk kepada siapaun yang menggagahi bumi dengan dalih apapun tanpa mempertimbangkan aspek-aspek keadilan Lingkungan. Dan kami Menuntut !!!
1. Diri kami, dan masyarakat, untuk lebih sadar dan adil dalam pengelolaan dan Pemanfaatan Lingkungan Hidup.
2. Pengusaha, untuk lebih arif dan bijaksana dalam rangka mengeksploitasi apapun yang ada dibumi ini. dengan kaidah-kaidah yang telah diatur bukan hanya untuk keuntungan semata.
3. Pemangku Kebijakan, untuk mengatur, dan menerbitkan regulasi yang yang berlandaskan kepentingan BUMI, bukan pengusaha ataupun Pemerkosa Alam. Serta menyusun ANGGARAN yang PRO LINGKUNGAN.
4. Penegak Hukum, untuk menindak tegas penjahat-penjahat Lingkungan. Jangan main mata, apalagi menjadikan mereka ATM, dengan mengorbankan masa depan bumi kita.