Selasa, 22 November 2011
1 "Kopi Ijo", tradisi pengikat di Kota Marmer
Hitam, panas, penghilang kantuk, itulah bayangan pertama saat kita mendengar yang namanya kopi. Minuman yang sangat populer di seluruh dunia, baik dari pinggir jalan maupun hotel-hotel berbintang kita pasti bisa menemukan si hitam ini.
Kopi yang konon katanya berasal dari afrika timur, yang dibawa oleh pedagang arab keliling dunia dan kira-kira tahun 1700an kopi masuk ke Indonesia oleh Zwaardecroon negarawab belanda pada saat ekspedisi. Dan kini kopi sudah masuk ke pelosok-pelosok zamrud katulistiwa dan merupakan kegemaran mayoritas penghuni negara bahari ini.
Diantara kota Trenggalek, Blitar dan Kediri terdapat sebuah kota kecil yang juga penghasil marmer terbesar di Indonesia, Tulungagung yang dalam bahasa Sansekerta diartikan Pertolongan yang Besar. Terdapat sebuah tradisi khas tentang racikan kopi dan seni dalam memperlakukan kopi.
Seni yang menjadi tradisi ini adalah kopi ijo atau dalam bahasa keren, Green Coffee. Bukan karena warna kopi yang menjadi hijau namun racikan kopi yang dicampur dengan kacang hijau dan rempah-rempah khusus yang merupakan tradisi adiluhung di Tulungagung ini.
Cita rasanya sungguh mantab, kopi luwakpun kalah dengan cita rasa kopi ijo ini. Yang lebih fantastis adalah, sisa kopi (chete) dapat digunakan melukis diatas rokok, dan uniknya rasa rokokpun menjadi tambah mantaf dan nikmat. dan harganya sangat terjangkau yakni Rp. 1.000; s/d Rp. 3.000; per cangkir.
Yang lebih mengherankan lagi di Tulungagung terdapat sekitar 3.000 lebih warung kopi yang tidak pernah sepi dari pengunjung. bahkan di sebuah kedai (Mak Tien) kopi ijo perhari bisa terjual rata-rata 4.000 cangkir.
Tua, muda, pria, wanita, tak ada yang tak tau cita rasa kopi ini, saat kita menginjakkan kaki di kota marmer ini. "Tradisi ini akan slalu dijaga dan diturunkan kepada orang-orang Tulungagung" tutur seorang sesepuh di kota marmer ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mantaaab Gan!!!
BalasHapus:D
Jual Green Coffee