
Tiung - tiung - tiung, bunyi sirene dibibir pantai Sine, Kalidawir Tulungagung, menggerang berulang-ulang, seraya melecutkan ratusan pasang kaki, lari tunggang langgang mendaki bukit terjal dalam balutan pekat langit kehilangan sang surya yang mulai bersembunyi dibalik selimut malam. Kicrut, seorang pemuda yang masih berstatus sebagai mahasiswa, berteriak dengan sangat kencang seperti saat ia ber orasi dihadapan ribuan massa aksi "Lari, Tsunami hampir sampai. kita harus selamatkan diri kita" langkahnya mirip kuda yang disabet sang kusir, sembari menenteng sebuah jam dinding yang ber menunjuk angka 7 dan 11, atu tepatnya pukul 18.55...